Dampak Buruk Menonton Film Tak Sesuai Usia untuk Anak

Dampak Buruk Menonton Film Tak Sesuai Usia untuk Anak

Belakangan ini, media sosial X ramai dengan perbincangan tentang orangtua yang mengajak anak-anak bahkan balita menonton film horor religi di bioskop.

Padahal, film horor religi tersebut memiliki rating usia D17+, yang berarti hanya boleh ditonton oleh penonton berusia 17 tahun ke atas.

Video yang diunggah salah satu pengguna media sosial X tersebut menuai banyak kecaman dari netizen. Banyak yang mempertanyakan sikap orangtua yang mengajak anak menonton film yang tidak sesuai dengan usia mereka, serta meminta pihak bioskop untuk lebih tegas dalam menyaring penonton sesuai rating usia.

Klasifikasi film berdasarkan rating usia dibuat bukan tanpa alasan. Ada beberapa dampak negatif yang dapat terjadi jika anak menonton film yang tidak sesuai dengan rating usia.

Dampak Negatif Anak Menonton Film Tak Sesuai Usia

Praktisi Psikologi Anak, Aninda, S.Psi, M.Psi.T., menjelaskan bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan anak akan terekam di alam bawah sadarnya. Karena pikiran sadar anak belum berkembang dengan optimal.

“Karena itu, anak belum mampu membedakan apakah suatu kejadian itu nyata atau buatan, benar atau salah, masuk akal atau tidak. Informasi tersebut masuk dan terekam begitu saja di alam bawah sadarnya tanpa filter,” jelas Aninda saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (18/4/2024).

Hal ini termasuk kejadian atau informasi yang digambarkan dalam adegan film. Anak kecil belum mampu memilah adegan dalam film sebagai informasi nyata atau rekayasa semata. Oleh sebab itu, ada beberapa dampak negatif bagi psikologi anak jika mereka terpapar film yang tidak sesuai dengan rating usianya.

Trauma

Baca Juga: Jerawat Punggung Bikin Tidak Percaya Diri? Simak 8 Penyebab dan Cara Mengobatinya

Aninda menjelaskan bahwa anak berpeluang besar mengalami trauma dengan kejadian sejenis yang digambarkan dalam adegan film. Meskipun pikiran sadar mereka belum berkembang optimal, namun pemahaman emosi dasar sudah mulai muncul, seperti rasa takut dan marah karena merasa tidak nyaman.

“Apalagi, jika tidak ada bantuan dari orang dewasa untuk meredakan emosi negatif tersebut, atau orang dewasa malah menganggapnya sepele,” jelas Aninda.

Seperti yang digambarkan netizen di media sosial X, beberapa anak menangis ketakutan saat diajak menonton film horor religi. Sayangnya, orangtua mereka justru mengabaikan emosi yang dirasakan anak dan tetap melanjutkan menonton film.

Baca Juga: 11 Strategi Jitu Menabung agar Bisa Beli Rumah Impian

Anggapan Bahwa Kejadian dalam Film adalah Wajar

Berbanding terbalik dengan trauma, lanjut Aninda, anak bisa saja menganggap bahwa kejadian dalam film adalah hal yang wajar. Hal ini disebabkan kemampuan berpikir sadar anak yang belum berkembang secara optimal.

“Misalnya ada adegan kekerasan, anak bisa menganggap hal tersebut wajar dilakukan karena 'di film saja boleh',” paparnya.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Belajar Bahasa Inggris Itu Penting

Merasakan Emosi Negatif

Meski pikiran sadar anak belum berkembang optimal, pemahaman emosi dasar sudah mulai muncul. Anak sudah mulai memahami rasa takut dan marah. Saat menonton film yang tidak sesuai dengan rating usianya, anak bisa saja merasakan emosi negatif dan tidak nyaman.

Sayangnya, anak-anak cenderung belum bisa meregulasi emosi negatif tersebut dan masih membutuhkan bantuan orangtua.

Baca Juga: 15 Jurusan Kuliah IPA Berdasarkan Banyak Peminatnya

“Jika anak terpapar film rating 17+ yang tidak nyaman bagi mereka, maka mereka akan merasakan emosi negatif tersebut, namun tidak mampu meregulasinya karena informasi tersebut masuk begitu saja ke alam bawah sadar mereka,” terang Aninda.

Meniru Adegan dalam Film

Melansir dari The Citizen, dampak negatif anak menonton film yang tidak sesuai dengan rating usia adalah mereka rentan meniru adegan dalam film. Anak merupakan peniru ulung. Hal ini bisa berdampak negatif jika anak-anak meniru adegan yang membahayakan diri mereka atau perilaku yang tidak pantas.

“Sebagai orangtua, kita tahu bahwa anak-anak mudah terpengaruh. Mereka belajar dengan cepat dan sering meniru apa yang mereka lihat dan dengar di sekitar mereka,” dilansir dari The Citizen.

Bagikan ke


Pilihan Untuk Anda